Minggu, 18 Oktober 2015

HUT TNI, Sentimen Positif Sosial Media & Penguatan Rupiah



Peningkatan tajam Rupiah diantara Mata Uang Global sejak 5 Oktober selama seminggu telah mengejutkan banyak konsultan dan analis keuangan yang tidak percaya akan terjadi fenomena titik infleksi (balik) penguatan Rupiah yang tajam terhadap Dolar AS ditengah terpuruknya rupiah semenjak awal 2015. Anomali peningkatan Rupiah ini oleh analis dan ekonom di kaitkan dengan beberapa isu: 1. Apakah karena intervensi Bank Indonesia (BI) atau Paket stimulus ekonomi ? 2. Apakah karena rencana kenaikan suku bunga The Fed (Quantitative Easing)? Semua ini adalah faktor ekonomi makro (Ceteris paribus) Global dan Domestik. Mungkinkah faktor politik diluar ekonomi seperti parade HUT TNI, 5 Oktober 2015 di-dermaga Indah Kiat, Cilegon dapat memicu titik infleksi penguatan Rupiah seusai pidato Presiden Jokowi sebagai Inspektur Upacara HUT TNI, apakah sebuah ‘Jokowi Effect’ yang lain ?

Sebelum 5 Oktober, rupiah terus melemah ke level psikologis Rp 15,000, diatas Rp 14,700 (2/10), meskipun sudah dilakukan dua kali paket stimulus ekonomi oleh pemerintah yang gagal menahan keterpurukan rupiah. Publikasi BI Rabu(7/10) memperlihatkan penggerusan Cadangan Devisa RI US$ 3.6 Miliar terbesar selama September 2015 menuju US$ 101.7 Miliar mendekati angka psikologis Cadangan Devisa US$ 100 Milyar. Cadangan devisa RI melorot sebesar 12 % dalam 7 bulan 2015, dari US$ 114.25 Miliar(Januari 2015) menjadi USD 101.7 Miliar (30 September 2015), sayangnya tanpa peningkatan Rupiah, malahan keterpurukan terparah Rupiah 4.1% bulan September (3.7% bulan Agustus) ditengah intervensi BI. BI seperti menabur garam di laut. “Save by the Bell” seloroh analis ekonom seperti melihat momen kritis pada pertandingan tinju dunia. Untungnya, disusul peningkatan kembali Rupiah 5.6% dibulan Oktober 2015, setelah pidato Jokowi di HUT TNI. 

Apakah ada korelasi antara HUT TNI dan menguatnya rupiah, sebuah keniscayaan atau faktor kebetulan saja? Ataukah sebuah perang asimetris antara sentiment positif HUT TNI di Social Media dengan sentiment negative investor dan spekulator (invisible hand) atau hilangnya kepercayaan pasar terhadap Rupiah? 

Bahkan faktor ekternal Global seperti rencana/ rumor peningkatan suku bunga oleh The FED, beberapa kali menjadi faktor melemahnya rupiah, karena investor panik dan terjadi pelarian investasi keluar RI (efek Taper Tantrum), yang direkayasa menjadi kemungkinan penguatan rupiah. Faktor lain memburuknya data tenaga kerja AS (5/10), hanya memperkuat 3 mata uang global seperti Won Korea (1.2%); Yen Jepang (0.2%); Bath Thailand (0.4%) dari 11 mata uang global; dan hanya Rupiah yang paling perkasa dengan peningkatan tajam 4.4% karena faktor HUT TNI disusul oleh Ringgit Malaysia (3.4%).

Jadi tinggal faktor domestic level nasional yang dapat membalikkan Rupiah secara drastis menguat 8.78 persen dalam seminggu dari Rp 14,719/US$ Jumat (2/10) menjadi Rp 13,521 Jumat (10/10). Rupiah menguat 3.1 persen dalam sehari Rabu (7/10), sebuah penguatan fantastis sejak Desember 2008, meningkatkan optimisme pasar valuta dan kepercayaan investor global. Pada 5 Oktober 2015, ada dua fenomena signifikan, pertama paket stimulus ekonomi pemerintah yang ketiga dan HUT TNI akbar dikuti defile seluruh kekuatan TNI dan alutsista serta peragaan memukau kekuatan AD, AL dan AU terintegrasi dalam perang semesta modern yang memberikan efek titik infleksi (pembalikan) rupiah secara tajam dalam seminggu kedepan; magnitude lebih kuat dari ‘Jokowi Effect’ sebelumnya. Defile parade militer yang diikuti atraksi unik gelar kekuatan perang modern terintegrasi oleh ratusan pesawat tempur jet F16 dan Sukhoi; helicopter; pesawat pengangkut Hercules; 52 kapal perang berbagai jenis; kapal selam dan ratusan kendaraan tank; lapis baja dan artileri dalam kondisi perang dan di luncurkan dalam scenario perang modern darat laut dan udara yang jarang diperagakan meski ditingkat global sekalipun. Dari diskusi Rudi Rusdiah, Ketua Asosiasi Komputer Apkomindo, Mastel dan alumni Lemhannas PPRA XLII/2008 serta anggota Desk Cyber (DK2ICN) Kemenko Polhukam dengan para diplomat asing; duta besar dan atase militer Negara sahabat yang hadir pada acara HUT TNI ke 70 ini tersirat profile, sentimen dan indikator positif yang dilaporkan ke negaranya masing-masing bahwa ekonomi dan geopolitik Indonesia sangat kondusif dan stabil. Padahal pada 2015 ini banyak sentimen negative karena El NINO terparah sejak 1998 dan krisis komoditi global dan krisis Negara-negara di dunia yang menyebabkan Rupiah ikut terpuruk sejak 1998 krisis Asean. HUT TNI tentu membawa angin segar memicu sentimen positif melalui Sosial Media OTT seperti Twitter; Facebook; Whatsapps; Youtube ke Netizen penjuru dunia dan command center OTT di Silicon Valley bersumberdari dermaga Indah Kiat, Cilegon. Sebuah Anomali kekuatan Social Media dan Netizen RI (80 juta) dan Global (2 miliar) yang sering dilupakan oleh pengamat pasar dan ekonom.

Ribuan masyarakat hadir dan partisipasi bahkan pada saat defile berparade di mimbar kehormatan diplomat Asing dan inspektur upacara oleh Presiden Jokowi bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Disusul blusukan Presiden menyalami ribuan masyarakat usai pidato menciptakan sentiment luar biasa melebihi ‘Jokowi effect’ sebelumnya bahwa politik di Indonesia sangat stabil dan TNI; Pemerintah bersama Rakyat sangat dekat tanpa jarak birokrasi, menyebabkan kembalinya aliran investasi dan kepercayaan investor (asing). TNI yang kuat dan professional sangat dibutuhkan menjaga Negara kepulauan (archipelago) terbesar didunia dengan 7,9 juta kilometer persegi; pasar domestic dengan jumlah penduduk nomor 4 didunia; eksploitasi sumber daya alam dan hutan tropis, faktor deterrent, serta menghancurkan kekuatan asimetris baik spekulan global; narkoba dimasa datang. Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut sebagai “Pesta Rakyat bersama TNI’, dimana TNI yang kuat, professional bersama rakyat mampu mempertahankan kedaulatan; kemerdekaan dan kemandirian NKRI dengan kebijakan Minimum Essential Force (MEF). Bahkan Global Firepower, analis militer dunia memposisikan TNI di ranking ke 12 setelah Amerika, Rusia, RRT, India, UK, Korea dan Israel. TNI jauh diatas kekuatan Negara tetangga seperti Singapura, Malaysia bahkan Australia dan Selandia Baru. Hari berikutnya Sultan Brunei Darrusalam memberikan penghormatan tertinggi ‘Dato Paduka Seri’ kepada Jenderal Gatot Nurmantyo.

Semoga Pemerintah Indonesia dapat mempertahankan momentum penguatan yang luar biasa selama seminggu pada HUT TNI ke 70 ditengah kebutuhan valuta asing untuk pembayaran hutang dan belanja modal pada akhir tahun ini. TNI yang kuat dan professional sangat dibutuhkan dan jangan meremehkan kekuatan sentiment positif Netizen; Social Media/OTT yang dapat memutar balik pelemahan rupiah dan kepercayaan investor menjadi indikator positif ekonomi Indonesia pada era Big Data. rrusdiah@yahoo.com

Tidak ada komentar: